Tuesday, October 16, 2012

Kita Bertemu dalam Tengadahan Tangan yang Sama

Lalu aku bercerita pada Tuhan melalui tengadahan tangan. Disela sujud
dimana kepala bertemu pada bumi. Memohon untuk dia senantiasa menjagamu ..



Jarak kita tidak terlampau jauh. Hanya saja aku dan kau sama-sama tidak tahu dimana diri kita masing-masing sedang berpijak. Aku dan kau sama-sama tidak mengerti bagaimana cara menemui satu sama lain, lalu kita bertanya dalam hening, merindu dalam diam, dan pada akhirnya berharap dalam doa. Aku dan mungkin kau juga percaya bahwa batas terakhir yang tak bisa dilampaui adalah Tuhan. Zat yang menciptakanmu dengan tulang rusuk yang...mungkin bukan aku. Mungkin. Kita tidak pernah tau pasti.

Namun karena Dia-lah yang menciptakan kita, yang memutuskan untuk menurunkanmu ke dunia dan mengeluarkanku pada rahim ibu, aku sangat ingin bercerita pada-Nya. Bukan hanya berterima kasih atas nafas yang masih berhembus hari ini namun juga untuk lindungan-Nya padamu. Walaupun hari ini hanya bisa mendengar sedikit suara serakmu ketika terbangun dari tidur dan tidak tau pasti bagaimana keadaanmu, aku merasa bersyukur pada Tuhan bahwa hari ini, di dunia ini, kau masih ada. Lalu aku beralih pada rasa syukur untuk sepotong nyawa yang diberikan-Nya padaku. Untuk rasa yang masih mengalir hangat pada celah-celah hati.

Jarum pada jam kecil di mejaku sudah bertengger ke angka dua belas. Kau mungkin sudah berkelana di dunia antah berantah yang kita sebut mimpi. Lalu pandanganku beralih pada sosok yang kubingkai dalam pigura biru. Disana kau tersenyum lebar dengan tatapan menenangkan, seolah ingin menyampaikan bahwa kau baik-baik saja. Sedikit tersenyum, aku kembali menengadahkan tangan. Biarlah tanpa air suci, biarlah tanpa kain penutup kepala, aku hanya ingin menyelipkan satu doa lalu minta dikirimkan Tuhan padamu.

Semoga bunga tidurmu indah dan aku ada disana dengan sosok yang bisa mengangkat kedua ujung bibirmu keesokan paginya...