Sunday, January 6, 2013

Pulang

Ternyata hanya butuh 'pulang' untuk bisa tidur nyenyak




Dua minggu waktu saya untuk pulang. Bukan, bukan pulang ke rumah sementara saya di pulau seberang selama empat tahun ke depan. Ini pulang yang sebenarnya. Rumah sebenar-benarnya rumah yang saya sebut selama ini. Rasanya cuma tidak sabar, tidak lebih dan tidak kurang. Belum pernah saya se-kangen ini sama kota yang sudah saya injak selama delapan belas tahun, sama rumah dan kamar yang sampai beberapa bulan yang lalu masih saya tempati setiap harinya. Menjelang tanggal pulang yang saya pikirkan cuma kota itu beserta semua isinya.
Semuanya masih sama. Lampu-lampu jalan kuning temaram yang menemani langkah saya keluar bandara menuju rumah, jalanan yang ada kalanya sepi lalu bisa macet begitu saja, dan pos satpam kosong di pinggiran lorong. Tidak ada yang berubah. Mungkin belum. Lalu saya tersenyum sendiri, empat bulan ini belum seberapa. Bukan apa-apa bagi apa yang akan saya hadapi kedepannya nanti. Saya ingin teriak sekencang-kencangnya saat membuka gerendel pagar, memberi tanda bahwa saya sudah berada disini lagi.
Saat pertama kali memasuki rumah, yang saya ingat adalah sosok nenek. Bagaimana saya begitu rindu dengan tubuh rentanya yang selalu duduk di ruang tengah, menunggu saya atau adik pulang sekolah dengan tasbih dan Al-Quran di hadapannya. Saya rindu nyanyian doa-nya, menasehati saya bahwa hidup bukan hanya urusan di dunia atapun sebaliknya. Berkata lembut sambil sesekali tertawa atau hanya sekedar tersenyum simpul. Saat menatap kamar kosong itu, rasa rindu saya sampai ke ubun-ubun. Sambil menangis saya berdoa semoga Allah menempatkan nenek disisinya.

Dulu sebelum saya pindah ke Jakarta untuk kuliah, saya lebih suka berdiam di rumah, menonton film atau sekedar menghabiskan bertumpuk-tumpuk novel yang sudah berulangkali dibaca. Atau menulis. Tapi semenjak pulang kemarin, saya tidak betah di rumah. Saya ingin tahu perubahan apa saja yang bisa terjadi selama rentang waktu empat bulan, waktu yang masih sangat singkat sebenarnya. Tapi biar saja, at least saya bisa merasakan kembali suasana seperti ini, yang tidak saya dapat di tempat manapun.
Jakarta bukanlah kota yang tidak pernah saya kunjungi. Jakarta sering saya jejaki, tapi bukan kota yang sering ditinggali untuk waktu yang sama. Saya  bisa mencari keramaian dimana saja di kota ini, tapi tetap saja rasanya berbeda. Aneh. Asing. Padahal Jakarta tidak berbeda jauh dengan Palembang. Tidur saya disini tidak pernah benar-benar nyenyak. Saya bisa tidur hanya diatas tengah malam, saya bisa bangun lebih telat dari biasanya tapi selelu terbangun beberapa jam sekali. Saya suka sepi, tapi tidak dengan kesunyian. Pada awalnya saya pikir tempat dan suasana baru ini seolah mengusir, tapi lalu saya sadar bahwa saya-lah yang seharusnya menyesuaikan diri disini, bukannya Jakarta yang harus berubah seperti apa yang saya mau. Ini keputusan yang saya buat sendiri, tinggal niat dan tekad yang menemani saya disana.

Tanggal-tanggal sebelum natal dan tahun baru adalah libur universal bagi hampir semua orang, apalagi anak seekolah. Dan diantara sepupu dan keponakan, cuma saya yang baru saja lulus sekolah. Rasanya lucu jika bergabung dengan mereka yang berada satu sampai tiga tahun di bawah saya, sedikit mengingatkan bahwa umur saya sudah hampir melangkah dua tahun dari sweet seventeen. Tapi keluarga tetaplah keluarga. Keluarga tidak mengenal batasan apapun termasuk usia. Jadilah kami menghabiskan sisa tahun 2012 dengan melakukan apa saja karena mereka kebanyakan tinggal di luar kota. Rasanya masih seperti liburan sekolah biasa.
Tahun baru 2013 saya lewatkan dengan keluarga besar. I mean, benar-benar keluarga besar. Kami memasak apa saja yang bisa di masak, bermain petasan dan menonton puluhan kembang api memenuhi langit, lalu berteriak dan meniup terompet sekencang-kencangnyaa ketika waktu menujukkan tepat saat pergantian tahun. Lalu setelah hari itu satu persatu mereka kembali pulang dan melanjutkan apa yang tidak bisa dihentikan. Melanjutkan apa yang sudah ditakdirkan oleh waktu.

Beberapa jam lagi saya juga akan berangkat. Kembali pada rutinitas dan suasana yang masih dibiasakan dan berusaha diterima oleh tubuh dan hati saya. Kembali pada cita-cita yang menjadi pilihan saya. Kembali pada alasan mengapa saya meninggalkan rumah.

Saya menyebutnya pergi, karena bagi saya selamanya disinilah tempat saya pulang.

1 comment:

  1. Hotel at Casino, Baltic - MapyRO
    Hotel 춘천 출장샵 at 문경 출장안마 Casino in Baltic, Baltic, Baltic, IL. Map and Directions. 동두천 출장마사지 Located in the middle 제주 출장샵 of the Baltic Harbor Casino, 청주 출장샵 the hotel has a

    ReplyDelete