Monday, December 19, 2011

We never that understand

Apa yang kita lakukan jika sedang merasa sedih? Menangis? Berteriak? Atau hanya diam membisu membiarkan emosi itu meluap dengan sendirinya dalam hati? Disimpan dan dikubur sampai akhirnya benar-benar mati. Kebanyakan orang memilih untuk berbicara. Bicara, komunikasi paling jelas walaupun belum tentu terucap yang sebenarnya. Cukup cari siapa saja yang bersedia mendengarkan dan menampung keluh kesah. Tapi apakah hanya sebatas didengarkan lalu cukup? Tak perlukah kita dimengerti?

Masing-masing orang pasti pernah jadi pendengar seperti itu. Dan kebanyakan juga berkata, "Sabar ya...". 
Well, kita memang tidak pernah benar-benar mengertiMengerti bagaimana sakit itu menerpa diri seseorang, mengerti bagaimana rasa tertusuk itu, mengerti benar apa yang dirasakannya. Kita hanya mencoba memaklumi, berpura-pura merasakan. Pretend to understand. Karena kita memang tidak benar-benar berada di posisinya.

Atau lebih singkatnya, hidup akan terus berjalan tanpa pernah peduli seberapa badai itu menerpa kita. Orang-orang mungkin akan menoleh atau melirik, tapi tidak benar-benar mempedulikan. Manusia akan terus berjalan lurus ke arah jalannya masing-masing.

No comments:

Post a Comment