Pernahkah kau merasa begitu sulit untuk
sekedar percaya? Bagiku, memberikan kepercayaan bukanlah suatu hal yang mudah
dilakukan selayaknya kau membalikkan telapak tangan. Hidup mengajarkanku bahwa
tidak ada pihak lain yang bisa dipercayai sepenuhnya kecuali Tuhan dan diriku
sendiri. Kesannya terlihat seperti menjauhi kehidupan dengan terkungkung dalam
dunia milik pribadi. Bukan, bukan seperti itu. Aku pernah begitu percaya, pada
kekuatan energi dahsyat bernama cinta yang begitu diagung-agungkan orang
banyak. Aku merasakan apa yang disebut jatuh cinta, lalu tanpa diminta alam
bawah sadarku menaruh kepercayaan sepenuhnya pada sosok yang kukira merupakan
pangeran berkuda putih. Meski aku bukan putri dari negeri antah berantah, aku
berharap dan percaya pebuh bahwa ia akan membawaku menjalani kehidupan yang
lebih baik. Tapi kenyataan menghempasakanku. Benar kata orang, jika kau terlalu
percaya maka kau nantinya akan merasakan luka yang terlalu dalam. Sejak sosok
itu pergi, aku ingin menyerah pada cinta. Aku hanya percaya pada kekuatan cinta
kasih yang diberikan oleh Tuhan, keluarga dan kerabat. Tidak, aku tidak ingin
terjebak pada cinta yang tidak abadi lagi.
Lalu kau datang.
Aku tidak akan bercerita seolah-olah aku
jatuh cinta pada pandangan pertama. Tidak, itu terlalu klise untuk hidupku yang
terlampau realistis. Kau berarti lebih karena rasa nyaman yang kau berikan itu
sama indahnya saat dulu kala dimana aku belum tergores luka. Tutur kata dan
tatapanmu menjanjikan bahwa nantinya tidak akan ada derita. Kaulah sosok yang
selalu ada saat aku benar-benar membutuhkan bahu sebagai sandaran. Sosokmu yang
menghapus mimpi buruk dari kisah masa laluku yang kelam. Lalu tanpa sadar, aku
kembali bisa percaya. Mengumpulkan sisa-sisa serpihan jiwa dan hati yang
hancurnya sudah lebih dari lebur bukanlah perkara mudah. Aku harus benar-benar
menata hati, menegaskan jiwa, dan memperhitungkan logika agar harga diriku
sebagai perempuan tidak lagi terinjak hanya karena salah langkah. Aku butuh
waktu untuk percaya kembali, bahwa pangeran yang akan menjemputku nantinya
merupakan pantulan dari sosokmu.
Lalu ketika aku sudah siap, kau telah
bersamanya.
Mungkin kau lelah menanti, mungkin juga
kau bosan menunggu yang tak pasti. Atau mungkin aku yang terlalu lama menikmati
waktu dalam kesendirian dan mengabaikanmu yang selama ini selalu menunggu di
pintu depan. Berharap untuk dibukakan. Lalu karena cinta yang terlambat ini,
aku hanya bisa menatap sosokmu dari belakang karena kau telah berpaling
padanya. Mataku buta, hatiku tertutup rapat. Karena ketika kau katakan bahwa
kita masih punya harapan untuk bersama, aku menyanggupinya. Ini seperti tanda
tangan kontrak untuk menjadi kekasih gelap. Wanita yang selalu dinomor duakan.
Tapi sekali lagi, akal pikiranku tidak berfungsi normal. Hati mengambil alih
logika hingga aku hanya bisa menjadi kekasihmu di belakang layar saja. Aku
memandangimu dengan hati-hati saat berkumpul dengan teman-teman lain, hanya
agar tidak ada orang lain yang tahu bahwa kita sebenarnya masih saling terkait.
Aku berlindung dibalik senyum palsu dan terpaksa menjauh darimu hanya agar
kekasihmu tidak menaruh rasa curiga sedikitpun. Aku bersabar sewaktu kau
membatalkan janji bertemu demi wanita itu. Keegoisanku berkata, biar saja kau
bersamanya toh nantinya kau akan kembali padaku.
Tapi sikapmu yang semakin
memprioritaskannya melemparkanku pada kenyataan. Kenyataan bahwa selama ini aku
hanya kau jadikan sebagai wanita simpanan. Aku yang kau cari kala harimu sedang
bosan atau pikiranmu sedang kacau. Kau bersandar pada pundakku saat butuh
kekuatan, lalu ketika jiwamu sudah kembali normal, kebahagiaan malah kau bagi
dengannya. Tidakkah kau berpikir bahwa pedih rasanya disembunyikan? Aku hanya kau
jadikan sebagai ban cadangan yang akan kau gunakan saat keadaan mendesak. Yang
menjadi pilihan terakhir saat seluruh ban utama sudah pecah. Padahal kau
membutuhkanku untuk bisa kembali berjalan, tapi aku akan kembali kau lepaskan
jika ban-ban lain yang lebih bagus itu sudah pulih kembali kondisinya.
Lalu
bagaimana denganku? Aku akan kembali ditempatkan di bagasi belakang sembari
memandang perjalananmu dengannya dari tempat yang tidak terjangkau. Sekarang
kutegaskan saja, bahagiakanlah wanita itu sepenuhnya. Ambillah kembali semua
kenangan manis yang selama ini kau berikan, aku sudah tidak membutuhkannya. Aku
akan mencari pria yang sanggup menjadikanku sebagai prioritas utama. Pria yang tidak menjadikanku pelarian di waktu senggang saja.
Teruntuk Dinda, sahabat sepanjang masa. Pengalaman memperluas pembelajaran.
Jangan galau lagi ya!
Jangan galau lagi ya!